It’s over
Kami tidak berpisah, kami hanya
berhenti saling menyakiti ......
Terasa berat memang.
Teramat sesak di dada jika di ingat.
Namun memang begitu adanya.
Wait a minutes, let me take a deep
breath.
Iya. Sudah diakhiri sebulan yang lalu,
sudah sangat jelas. Satu alasan saja, dia bosan denganku.
Saat itu, aku sedang
menikmati masa bahagia dengan teman2ku, waktu itu kami lagi seneng2nya nongki2
cantik. Kadang dipojokan, kadang bergerombolan di bangkunya Mar, kadang
dibangku depen kelas, kadang di mushala(okeh yang ini tidak untuk ditiru).
Iiitssss, tapi apa yang kami bahas jauh dari kata ngegosif, karena kami adalah
orang-orang yang produktif jadi apa yang kami bahas juga tentunya berbobot( gak
nyombong, emang dia kayak gtu teman-temenku), yang kami bahas tu yah, isu2
global gimana manusia biasa ngehate speech dengan seenak udelnya, gimana
parnonya kami sama dunia perkuliahan, sedih-sedihan karena bentar lagi mau
ujian dan bakal pisah, dengerin celotehan husnul yang di recokin sama pacarnyalah,
ngomongin Skin Care, ngomongin rencana cover dance gue sama Oya dan masih
banyak lagi. Ditengah kebahagianku bersama teman-teman, Gak ada angin gak ada hujan, dia tiba-tiba datang,
entah bermaksud apa yang pasti firasatku tidak baik. Karena aku sudah komit bakalan socialize sama semua
orang, jadi dia kusambut dengan welcome.
Long story short, kami mulai dekat, sering chat2 dari pulang sekolah sampe
malam, liat-liatan klo disekolah, well aku gak bodoh, dari awal memang aku tahu
maksud dia mendekat. Bukan say “hai” untuk sekedar berteman, tapi lebih dari sekedar
itu.Yah, salahku membiarkannya masuk dengan begitu mudah, salahku membuka hati
dengan begitu polosnya, hingga semua gelagat, perasaan berdebar dan hal2
picisan lainnya kualami. Well aku menyimpulkan ” aku suka dia”. I don’t have
any special reason, I just like him the way he treated me well, the way he spoke at me, the way he
saw my eyes. I’ve love it from the first time you said “ hello’ at me. And yah,
you’ve got me from hello. Gak ada yang
salah dengan itu. Hingga akhirnya aku
memutuskan untuk menerimanya sore itu, kamu ingat sayang? Sore hari pulang les
di samping perpustakaan( aku gak mau bilang disamping toilet even it was true),
aku jalan di depen kamu sedikit pelan dari biasanya karena sependengarku kamu
manggil, kecil kata-katamu terbawa angin. If i have not mistaken you said at me
gently “ would you be my girl?. Mendengar itu aku tetep jalan dengan santainya,
karena aku pikir itu becandaan aja. Tapi seketika aku melangkah, seketika itu
pula kamu menarik lenganku menghadap kamu. Dalam hati “ Oh serius ternyata“.
Aku liat muka malu-malu itu, tegang setengah mati, tarikan nafas yang tidak
teratur, semua nampak dengan jelas meski kamu coba buat menutupi itu. Sumpah
itu lucu, aku pengen ngakak tapi takut merusak moment, jadi dengan santainya
aku melangkah menetralkan perasaanku yang barusan terguncang. Kamu kesel
dibelakang karena aku berjalan tanpa memberi jawaban apapun. Tunggu sayang!!
Aku masih kaget. Aku masih ingat “ ayok donk jawab, kan kamu yang nuntut buat
memperjelas hubungan kita” dg nada kesel banget kamu ngomong gitu, aku Cuma
bilang “ iya nanti makanya”. Kamu nyaut “ ndk ku mau pokok harus mu jawab
sekarang!!, mauku tenang sampe rumah!!”. Sampe di lorong kelas Sos itu eh bukan..!,
di Aula samping Mushala, aku liat kamu lamat-lamat, aku tarik nafas dalam and i
said” iya aku mau”(BOOMMMM.....!!!!!, Sumpah aku gak pernah seyakin ini sama
ucapanku). Pertama tama kamu buang nafas lega “ give me a hug” dengan gak tau
dirinya kamu bilang gitu. Because i hate touching, aku pergi begitu aja dengan
kedua lengan kamu yang udah kebuka lebar siap mau menggelamkan aku dalam
pelukanmu itu. Did you know ? itu hal ter so sweet yang pernah aku alami, thx
buat itu. Dan our love story begin.
Satu persatu fakta
menyeruak, satu persatu berbedaan muncul, masalah, bersitegang, emosi terakhir
cemburu. Aku rasakan itu secara bergantian kadang2 sekaligus, but i still
staying besides you, because you’ve made me survive well. Kejenuhan itu datang
but i can handling it well, oke itu bukan masalah, itu biasa dalam hubungan
seperti ini. Namun ketika kamu yang merasakan itu? semuanya berbeda. Semuanya
masalah, kamu mulai tidak menerima berpedaan cara pandang kita terhadap
sesuatu, sikap2ku mulai kamu judge. Aku selalu menerima lapang semua kritikan
kamu tentang sikapku yang gak kayak kamu yg easy going, gak kayak kamu yang
seneng having fun, gak kayak kamu yang supel dan banyak haha-hihi, gak kayak
kamu yang gak berhenti klo udah berceloteh, gak kayak kamu yang ngerti ini itu.
Sampe kamu puncaknya kamu mau ngerubah aku menjadi orang baik versi kamu. Aku
terima karena aku menghargai kamu, mengahargai perhatian kamu. Iya aku terima
karena aku sadar memang ada sikapku yang buruk dan kamu sadar itu sehingga kamu
mau membantu merubah itu untuk aku yang
lebih baik. Masalahnya adalah “ you wanna change TOTALLY of me!!” kamu ingin
aku ekstrovert padahal secara kodrati aku introvert, kamu mulai pengen aku
kayak kamu yang lebih seneng haha-hihi, pokok kamu pengen ngerubah semuanya
agar semua cocok sama kamu. Kamu pengen ngerubah aku seolah-olah kehidupan dan
sikap aku sebelum kenal kamu itu salah total, begitukan kamu menilai? Jati diri
aku kamu hilangkan, pendapatku tidak kamu dengar, yang benar hanyalah apa yang
kamu bilang, pandangan kamulah yang harus diikuti. Lalu aku? Sebegitu burukkah
sampe aku tidak pantas didengar? Tidak pantas berbicara? Tidak bisakah kamu
mendengar aku meski sepintas? Dan tidak egois dengan kekeras kepalaanmu yang
menggap hanya kamu yang paling benar itu? Aku manusia, bukan robot yang bisa
kamu program semau kamu. Aku sangat menghargai kamu, tidak bisakah penghargaan
itu juga kamu kasih ke aku?. Aku punya pikiran sendiri, begitupun kamu, tidak
bisakah kita saling memahami? Bukankah kehadiranku untuk melengkapi kamu dan
kehadiranmu untuk melengkapi aku?. Aku berusaha buat mempertahankan semuanya
dengan saling mengintospeksi tapi kenyataannya kamu selalu menghindar.
What should i do to
make it better? Kamu bilang dengan enteng dan tanpa rasa bersalah “ berpisah”.
Bukankah kamu sendiri yang bilang dulu, klo berpisah bukan solusi? Sekarang
mana aplikasi dari kata2 kamu itu?. Kamu bilang gak mau nyakitin tapi kenyataannya
ini lebih dari sekedar menyakiti, kamu bilang bakalan tetap tinggal tapi
kenyataannya kamu pergi. Dari itu semua aku menyimpulkan klo kamu benar-benar
PENGECUT, dan bodonya aku mencintai pengecut itu, mencintai orang yang
menyianyiakan aku itu. Ini yang membuat
kamu bahagia yah?! Knp sekarang, ha?! Kenapa disaat aku yang mau berpisah karena
tidak melihat2 apa di depan sana, kamu gak setuju?! Kenapa disaat perasaanku sudah
menggunung baru kamu minta pisah? Kamu bahagia benar?! Kamu bahagia liat aku
nangis tersiksa disini sendiri ?! kenapa disaat aku udah bener2 sayang, kamu
pergi?! Kenapa disaat aku udah bner2 percaya sama kamu, kamu pergi?! Kenapa
disaat aku ingin membuka lembaran baru di dunia perkuliahan sama kamu, kamu
malah PERGI
?!!!! kenapa kamu gak bisa nunggu sedikit lebih sabar lagi untuk aku bisa
menjadi yang kamu mau, kamu hancurin semua begitu aja, gak tersisa
sedikitpun Ifan. Apa salahku sama kamu? Semua
yang udah kamu bilang itu BULLSHIT?!!!!
Iyah, dan bodohya aku sangat percaya. Inilah kelemahanku, selalu kalah dalam
bermain hati. Ketulusanku selalu disalahartikan, perhatianku selalu tidak
dipedulikan, ucapanku selalu dihiraukan, kehadiranku seperti dianggap tak
pernah ada, kasihku selalu disalahgunaakan, dan perasaanku selalu dipermainkan,
hingga semua yang aku lakukan berbuah kesia-siaan, ditinggalkan tak berperasaan,
pergi tak menoleh sedikitpun bagaikan semuanya tidak pernah ada. Kembali
menjadi dua insan yang tak saling kenal? Kamu bilang apa setelah kata-kata
perpisahan itu? Menjadi teman? Kamu ngelawak yah? Kenapa kamu senang sekali
memakan lepehan muntahanmu yang sangat menjijikan itu? Bukankah kamu yang
sangat kesal kuanggap hanya teman? Maaf aku lupa, itu DULU yah? Sekarang
kondisinya udah beda. Sekali lagi semua yang kamu ucapkan hanya omong kosong
belaka. Aku gak marah sama sekali, aku hanya TERAMAT KECEWA dan itu akan
mendarah daging entah sampai kapan. Iyah, aku capek dengan semua perbedaan yang
ada, tapi bukan begini mengatasinya. Kecocokan itu ada karena proses yang lama,
bukan instan seperti yg kamu pikir.
Jujur,
sampai saat ini aku masih belum paham, knp kamu pergi? Tidak ada kecocokan?
Heh, kecocokan itu emang diukur dari apa? Aku harus menjadi cloningan kamu?
Biar semuanya sama persis? Biar kamu seneng klo gak ada perbedaan sedikitpun? Itu
tidak akan mungkin terjadi. Entahlah aku mati rasa, aku gak ngerti sama
semuanya. Aku tuluspun salah apalagi main2, aku sangat penat. Aku ingin menepi
mungkin untuk waktu yang lama, jika memang aku dangan sejuta perasaanku untukmu
tidak bisa membuatmu tinggal dan bahagia bersama, maka pergilah. Pergilah
sejauh yang kamu mau, sementara aku disini akan tetap tinggal dengan perasaanku
yang terus akan berintospeksi. Berkunjunglah kapanpun kamu mau, akan
kuperlakukan kamu sebagaimana kekasih memperlakukan kekasihnya, sebagaimana
teman memperlakukan temannya atau aku akan memperlakukan kamu sebagimana orang
asing memperlakukan orang asing lainnya. Kamu hanya tinggal memilih mau
diperlalukan seperti apa...
SAMPAI JUMPA DI LAIN HARI, RIDHO?
Komentar
Posting Komentar
show your great respect by comment below